Afi Tulis Status Sindiran Di Facebook Cara Hidup Damai di Negeri Ini

Afi Tulis Status Sindiran Di Facebook Cara Hidup Damai di Negeri Ini,pemilik akun Afi Nihaya Faradisa, remaja asal Banyuwangi kembali menulis di status facebooknya.

Di tulisan terbarunya yang diposting 22 Mei 2017 pukul 19.37 Wib, siswa lulusan SMA 1 Gambiran itu berpesan kepada adik-adik kelasnya yang masih duduk di SMP dan SMA agar jangan bersikap kritis, jangan berani tampil beda, dan jangan mempertanyakan keadaan yang tertata sejak lama jika ingin hidup damai.

“Kalian tahu, para orang dewasa itu kadang-kadang membingungkan. Mereka ingin negara mereka maju, tapi suara yang menyeru kemajuan ramai-ramai dibungkam hanya karena mereka tidak ingin ego mereka sebagai pihak-lebih-tua-yang-selalu-benar akan terusik. Hanya karena mereka tidak mau posisi mereka sebagai orang yang lebih superior tercabik,” tulis Afi.

Status tersebut sudah dibagikan sebanyak 7.123 kali dengan komentar sebanyak 8.240 komentar dan ditanggapi oleh 35.948 netizen.

Sebelumnya, gadis yang memiliki pengikut di facebook sebanyak 458.315 orang tersebut menulis status yang berjudul Warisan. Dalam statusnya itu putri pasangan Wahyudi dan Sumarti menulis, jika kewarganegaraan, nama dan agama adalah warisan.

Akibat status tersebut, akun facebooknya sempat tidak bisa diakses. “Sepertinya ada yang nggak suka jadi ada yang melaporkan untuk menghentikan agar status tidak viral di media sosial,” kata Afi beberapa waktu lalu.

Ia juga sempat diancam dibunuh karena dianggap sebagai liberal dan tidak berpihak pada Islam. “Saya tidak pro manapun apalagi jika status saya dikait-kaitkan dengan Pilkada Jakarta yang sudah lewat,” tuturnya.

Berikut status Afi yang ditulis sebagai sindiran yang diposting di akun facebooknya.

CARA AGAR HIDUPMU DAMAI DI NEGERI INI

Teruntuk adik-adikku di SMP dan SMA, jangan pernah bersuara. Jangan pernah percaya diri untuk tampil berbeda. Jangan bersikap kritis. Jangan berpendapat. Jangan suarakan keresahan kalian. Jangan berpikir macam-macam, apalagi sampai berani mempertanyakan sebuah keadaan yang telah lama tertata.

Kalian tahu, para orang dewasa itu kadang-kadang membingungkan. Mereka ingin negara mereka maju, tapi suara yang menyeru kemajuan ramai-ramai dibungkam hanya karena mereka tidak ingin ego mereka sebagai pihak-lebih-tua-yang-selalu-benar akan terusik. Hanya karena mereka tidak mau posisi mereka sebagai orang yang lebih superior tercabik.

Mereka tidak mau dibangunkan dari tidur panjang, tak seorangpun ingin kehilangan kenyamanan.

Wahai adik-adikku yang akan memimpin para orang dewasa itu di negeri ini beberapa tahun lagi,

Sekolah ya sekolah saja. Datang, duduk, kerjakan tugas, ujian, pulang. Jangan berani mengkritik sistem pendidikan, guru, atau peristiwa di sekitarmu. Kau hanyalah bocah yang tak tahu apa-apa, lalu apa hakmu untuk bersuara?

Simpanlah rasa keprihatinanmu untuk diri sendiri, jangan sampai mereka melumatmu bertubi-tubi. Kalau bisa jadilah anak yang datar, yang biasa-biasa saja. Tak banyak menarik perhatian, kujamin kau aman. Jadilah seperti umumnya anak-anak lain yang memenuhi hapenya dengan foto selfie, menghabiskan waktu nongkrong di kafe, eksis di mana-mana. Jangan sampai kalah penampilan sama teman-temanmu itu. Bersenang-senanglah juga selagi muda, haha hihi chatting sama pacar, lalu piknik kalau lagi jenuh. Hobi menulis atau membaca itu terlalu sederhana, tidak memberi kebanggaan kalau dipamerkan ke teman. Dan curang atau nyontek saja kalau kesulitan mengerjakan soal ujian, kemudian saat lulus corat-coret baju dan konvoi di jalan raya.

Pada akhirnya, saat kau punya rasa penasaran yang tidak terpuaskan, kau akan merasa wajar ketika mencari obatnya dari lingkungan yang menggiringmu pada seks, narkoba, dan kenakalan khas remaja. Bukankah juga banyak temanmu yang seperti itu?

Jadi adik-adikku,

Jangan mikir yang berat-berat, apalagi belajar untuk jadi bijaksana dan berpemikiran terbuka sejak usia muda. Karena alih-alih diapresiasi, kau mungkin akan dilumat bertubi-tubi. Tidak usah.

Adik-adikku para harapan bangsa,

Belakangan ini seorang anak telah membuktikannya. Entah berapa ribu kali pesan penghakiman telah dilontarkan orang. Entah berapa ribu kali ia dikatakan tidak pernah ngaji atau tidak berpihak pada agama yang ia anut dengan keputusannya sediri.

Ia memaparkan pandangan universal yang dipahami oleh semua agama, sedangkan beberapa orang memberi tanggapan dan tandingan hanya dengan menggunakan perspektif yang berasal dari keyakinannya sendiri. Dimana nyambungnya?

Justru itulah yang coba anak itu sampaikan, mengapa beberapa orang memaksakan kebenaran agamanya dan menutup mata bahwa orang lain pun juga meyakini hal yang sama terhadap agamanya. Apakah kau menyadari bahwa tiap pemeluk di tiap agama itu sama taatnya, sama tulusnya, dan sama yakinnya denganmu? Apakah kau sadar bahwa masing-masing juga punya kitab yang menurut versi mereka adalah sebuah kebenaran yang tak terbantahkan? Apakah kau sadar bahwa mereka juga bisa membela imannya dengan kegigihan yang sama?

Apa yang coba ia sampaikan hanyalah untuk menjaga kerukunan, hanyalah untuk menghormati klaim kebenaran versi sendiri-sendiri. Tuhan menciptakan kita dengan pikiran yang berbeda, tidak diseragamkan sesuai kehendak orang yang (cuma) merasa jadi wakil-Nya.

Ia hanya menyampaikan bahwa bersikap takwa dan setia pada agama tidak harus dengan mendiskreditkan keyakinan yang berbeda. Betapa susahnya memahami hal sesederhana itu saja, sampai-sampai bullyan tak hentinya datang.

Adik-adikku sayang, Ingatlah yang kakak sampaikan. Jangan terlalu tinggi harapan! Kau lihat sendiri, di negeri ini, Korupsi, rusak moral, dan sepi nalar tidak apa-apa, asalkan kau tidak berkata terlampau jujur terhadap realita. © Afi Nihaya Faradisa

Berita Afi Tulis Status Sindiran Di Facebook Cara Hidup Damai di Negeri Ini.

sumber

%d blogger menyukai ini: