Mengharukan Anak dan Ibu Terpisah 38 Tahun Kini Bertemu Kembali
Mengharukan Anak dan Ibu Terpisah 38 Tahun Kini Bertemu Kembali
Kasih ibu memang tak mengenal batas waktu dan tempat, begitulah yang dirasakan oleh pria bernama Paidi (53). Selama 38 tahun terakhir ini, dirinya tak pernah sekalipun bertemu dengan sang ibu yang berada di Wonogiri. Bukan tanpa sebab, sejak tahun 1981 Paidi ikut merantau bersama tetangganya ke Bengkulu untuk mencari pekerjaan.
Perpisahan puluhan tahun itu akhirnya berujung di bulan Agustus 2017 ini. Paidi kembali bertemu dengan perempuan yang telah melahirkannya.
Kisah pertemuan mengharukan Paidi dan ibunya ini diabadikan oleh majikan Paidi, Uskub (Ustaz Kubur) Muzamil. Muzamil lalu mengunggah ke akun Facebooknya, Selasa (5/6).
Dihubungi kumparan Muzamil mengatakan video itu direkam sendiri olehnya ketika mengantarkan Paidi bertemu ibunya di Wonogiri. Dia juga menceritakan awal kisah Paidi dan ibunya.
Muzamil bercerita, Paidi adalah tukang kebun yang baru bekerja di kebun miliknya di Bengkulu. Muzamil kemudian sengaja menemui Paidi pada 18 Agustus lalu dan sedikit berbincang bersamanya. Sampai akhirnya Muzamil mengetahui kondisi Paidi yang belum pernah bertemu dengan ibunya selama 38 tahun ini.
“Saya ke kebun tanggal 18 Agustus, nemuin tukang kebun baru ini (Paidi). Saya tanya Paidi sudah berapa tahun di Bengkulu, terus dia jawab dari tahun 1981. Terus saya tanya sudah pernah pulang belum dan dia jawab belum pernah. Saya kaget waktu dia bilang tidak tahu kondisi atau masih hidup atau tidak ibunya,” kata Muzamil saat dihubungi kumparan Kamis (7/9).
Ada alasan kenapa Paidi tidak pulang ke kampung halamannya, dari keterangan Muzamil masalah ekonomi jadi persoalan yang membuat Paidi kesulitan untuk pulang. Selama merantau ke Bengkulu, Paidi tidak memiliki rumah sama sekali dan menumpang di tanah orang. Paidi bercocok tanam dan mengelola tanah milik orang lain dan menjualnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu Paidi pun menurut Muzamil tidak bisa membaca atau menulis.
“Paidi ini tidak mengecam pendidikan sama sekali, bahkan SD pun tidak. Terus faktor ekonomi juga membuat dia tidak bisa pulang. Dia tidak punya apa-apa di sini, hidupnya juga selama ini menumpang di tanah orang,” tutur Muzamil.
Mendengar cerita Paidi, Muzamil langsung terpikirkan untuk mencarikan keluarga Paidi yang berada di Desa Puloharjo, Kec. Eromako, Wonogori. Bermodalkan informasi itu, Muzamil mencari alamat keluarga Paidi dengan bantuan kerabatnya di Wonogiri.
Tiga hari berselang, keluarga Paidi berhasil ditemukan. Akan tetapi Muzamil belum bisa membawa Paidi untuk bertemu langsung dengan keluarganya. Alhasil komunikasi pertama yang dilakukan adalah video call.
Muzamil menceritakan, betapa harunya suasana ketika ibunda Paidi yang belakangan diketahui bernama Tukinah ini melihat kembali sosok anaknya yang sudah lama tak dijumpai. Meski sudah berusia 99 tahun dan mulai pikun, Tukinah masih bisa mengenali anaknya lewat tanda tahi lalat di dekat kening Paidi.
“Ibunya sudah mulai lupa-lupa tapi masih bisa kenal Paidi lewat tanda tahi lalat, akhirnya kita video call. Langsung nangis ketika itu, saya bilang kepada ibunya untuk bersabar nanti saya dan Paidi akan berkunjung ke Wonogiri,” kata Muzamil.
Paidi menatap lekat-lekat wajah perempuan renta yang lama tak pernah dia lihat itu. “Sembari berkaca-kaca, Paidi berkata tak menyangka ibunya masih hidup dan selalu berdoa untuk bisa bertemu dengannya lagi sebelum meninggal,” tutur Muzamil.
Beberapa minggu berselang, Muzamil akhirnya membawa Paidi bertemu ibunya di Wonogiri. Tepat pada Selasa (5/9) lalu, untuk pertama kalinya setelah 38 tahun. Tukinah dapat kembali memeluk anaknya, Paidi.
Paidi keluar dari mobil yang parkir di depan rumah bernuansa Jawa itu, sebaris kemudian sosok perempuan renta berbaju hijau keluar sembari menangis histeris. Meski terlihat ringkih, pelukannya erat melingkar di tubuh Paidi.
“Lek, anakku, anakku. Mak kangen, iseh urip anakku,” ucap perempuan itu sambil menangis dan memeluk Paidi, anaknya.
Paidi terdiam, hanya air mata yang keluar sebagai bentuk kebahagiaan yang tak terhingga usai bertemu dengan perempuan yang tak pernah lelah berdoa untuknya itu.
Hingga hari ini, Kamis (7/9) Muzamil masih berada di kediaman Paidi dan keluarga di Wonogiri. Muzamil ingin lebih lama melihat momen berharga ini sembari menikmati alam di sana.
Muzamil juga bercerita, Selasa malam ketika Paidi tiba di rumah, keluarganya ternyata telah menyiapkan syukuran untuk menyambut kedatangan Paidi, dua tumpeng dan ayam sebagai lauknya menjadi sajian malam itu menyambut Paidi.
“Ketika malam hari, sudah disiapkan dua tumpeng dan ayam untuk syukuran dan mengundang sekitar 50 orang dan selama tiga hari ini teman-teman Paidi ini datang bergantian bertemu dengannya. Saya merasa kebahagiaan yang luar biasa melihat kejadian ini,” ungkap Muzamil.
Paidi dan keluarga tak lupa berterimakasih kepada Muzamil yang sudah bersedia mempertemukan Paidi dan Tukinah yang terpisah selama 38 tahun. Terlebih selama ini Tukinah telah berupaya untuk menemukan anaknya ini, namun demikian usahanya selalu menemui jalan buntu.
Menurut keterangan Muzamil, setelah bertemu dengan keluarganya, Paidi akan terus menetap di Wonogiri untuk menemani dan berbakti kepada ibunya.
“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.”
Sumber Berita Mengharukan Anak dan Ibu Terpisah 38 Tahun Kini Bertemu Kembali : Kumparan.com
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.