Hubungan Antara Keterampilan Menulis dan Membaca

Hubungan Antara Keterampilan Menulis dan Membaca

Buku adalah jendela dunia. Ungkapan yang merakyat, memang. Tapi benat adanya. Jendela tersebut hanya bisa dibuka ketika kita punya kuncinya, dan kuncinya adalah membaca. Disadari atau tidak, dengan membaca buku selama beberapa jam yang berisi tentang pengalaman seseorang selama bertahun-tahun, misalnya, akan membuat kita mendapatkan pengalaman yang sama dengan waktu yang lebih relatif singkat. Luar biasa, bukan?

Kegiatan membaca, berbanding lurus dengan kemampuan menulis. Semakin orang banyak membaca, semakin luas wawasan dan pengetahuannya, sehingga ia memiliki cukup referensi dan takkan kehabisan ide untuk menulis. Pembaca bukan berarti harus menjadi penulis, akan tetapi untuk menjadi seorang penulis, seseorang harus mutlak memiliki kebiasaan membaca.

Jika membaca adalah proses melihat wawasan melalui jendela yang terbuka dan menjadikannya sebagai pengetahuan pribadi, maka menulis adalah suatu cara menyajikan kembali khazanah yang telah diperoleh kepada masyarakat luas. Bisa dibilang bahwa seseorang akan kesulitan untuk menulis sesuatu di luar dirinya, di luar apa yang telah ia milikki sebelumnya. Seseorang tentunya harus memiliki sesuatu terlebih dulu sebelum membagikannya kepada orang lain.

Dengan begitu, mau tidak mau, suka tidak suka, membaca adalah sebuah proses yang harus dilakukan bagi kamu yang memiliki keinginan untuk mejadi seorang penulis. Jika selama ini kita sudah mencoba menulis akan tetapi selalu mengalami kendala dan terhenti pada paragraf atau bahkan kalimat pertama, penyebabnya bisa jadi karena terlalu sedikit stok informasi yang kita milikki sebelumnya. Maka, kita harus menambah stok tersebut agar proses menulis menjadi lancar. Berikut ini merupakan beberapa manfaat membaca yang dapat mengasah keterampilan seseorang;

Membuat Ide melimpah dan banyak bahan menuliskannya

Pernah mendengar istilah writer’s block? Kebuntuan dalam menulis adalah salah satu tanda kita kehabisan ide dalam tulisan. Tentunya, jika kita jarang membaca buku, referensi kita begitu minim sehingga ide tak kunjung juga terlintas. Dengan membaca buku di satu waktu, otak kita akan merangsang terbentuknya informasi baru di sistem daya ingat yang siap dipanggil kapan saja. Sehingga, kemungkinan kehabisan ide dalam menulis akan semakin sempit.

Membuat jalan pikiran lebih lentur

Seringkali kita dihadapkan kesulitan untuk memulai sebuah tulisan, bahkan sejak di kata pertama dalam paragraf.Hal tersebut tak jarang membuat kita merasa jenngkel dan kebingungan. Terkadang, kita sudah mempunyai konsep dan sudah memiliki gambaran mengenai inti tulisan, akan tetapi begitu sulit untuk kemudian dituangkan. Kebuntuan ini biasanya bisa diatasi dengan cara rajin membaca. Dengan rajin membaca, apa yang kamu pikirkan akan lebih luwes untuk kemudian diuraikan dalam tulisan.

Memperkaya kosakata, pilihan kalimat dan cara penyajian

ika saat menulis kita sering dihadapkan pada kebosanan kata yang itu-itu saja, atau dua tiga padanan kalimat yang serupa, itu berarti kita harus lebih banyak membaca. Dalam buku yang kita baca terdapat ribuan bahkan jutaan kata dan kalimat yang bisa memperkaya diksi, pilihan kalimat dan cara penyampaian yang berbeda. Biasanya, tiap penulis memiliki ciri khas dan karakteristik masing-masing, perbedaan karakteristik tulisan tersebutlah yang akan membuat tatanan bahasa kita lebih beragam, variatif dan tidak menjemukan untuk dibaca.

Membantu belajar teknik menulis yang dipakai oleh orang yang lebih berpengalaman

Coba pikirkan terlebih dahulu, siapakah penulis buku favoritmu yang karyanya paling sukses di pasaran? Jika sudah, coba baca karyanya, dan lakukan analisa apa yang membuat orang-orang bisa begitu mengidolakan karya-karyanya. Jika sudah membaca karyanya, kita pasti bisa menentukan unique selling point dari karya tersebut. Apa saja keunggulannya? Apakah dari plotnya, atau dari gaya bahasa dan penokohannya serta masih banyak faktor lain yang bisa kamu pikirkan dan kamu ambil sebagai contoh serta referensi dalam menulis.

Memperluas wawasan

Apapun genrenya, baik fiksi maupun non-fiksi, setiap buku pasti memberikan pelajaran atau pengetahuan yang bisa diambil oleh pembacanya. Setiap menulis, tentunya kita harus menyajikan informasi yang sesuai atau mendekati realita. Misalnya jika kamu menulis cerita tentang kucing, terlebih dahulu kamu harus mengadakan observasi terhadap perilaku kucing dan segala hal tentang kucing, salah satu caranya dengan membaca. Atau kamu menulis mengenai suatu obyek wisata, jika tidak bisa melakukn observasi secara langsung, maka kamu bisa mencari berbagai informasi dan membacanya.

 

Sumber Berita Hubungan Antara Keterampilan Menulis dan Membaca : Kumparan.com

%d blogger menyukai ini: